Monday 20 April 2015

Kota Minyak yang Terus Berkembang



Oleh: Akhmad Fatoni

Ikon: Tugu Kilang Minyak di Balikpapan


Apa kabar pembaca setia Konsultan Menulis? Semoga semua dalam kondisi sehat dan berbahagia. Alhamdulilah, saya juga dalam keadaan yang sehat dan berbahagia. Maka dari itu, dalam tulisan kali ini saya mau berbagi kebahagian itu kepada Anda. Tulisan ini merupakan cacatan perjalanan saya pekan lalu. Perjalanan yang membuat saya bisa menginjakkan kaki kali pertama di kota minyak, Balikpapan.



Balikpapan, secara geografis terletak di garis katulistiwa. Hal itu yang membuat daerah ini menjadi istimewa, tidak mengenal musim. Cuaca panas terik, bisa turun hujan. Saya sempat tidak percaya, tapi itu benar-benar terjadi. Mau tidak mau, saya harus segera berteduh agar tidak basah kuyup. Kejadian unik itu, ketika saya sedang melakukan perjalanan untuk menengok penangkaran buaya.

Saat asik-asiknya memotret buaya, tiba-tiba hujan turun. Padahal, saya saat itu sedang mandi keringat. Bisa membayangkan bukan bagaimana panasnya cuaca saat itu? Percaya ndak percaya. Akhirnya, saya pun berlari mencari tempat berteduh. Di kala berteduh itu pulalah, saya menemukan penyewaan buaya untuk dibuat kenang-kenangan. Akhirnya, saya pun mejeng bersama si anak buaya itu.  Mungkin karena terlalu asik dan juga panik, sehingga saya memegang si anak buaya itu terlalu kencang. Akibatnya, ia menggelepar ingin melepaskan diri dari cengkraman tangan saya. Wah, betapa paniknya diri ini. Saya membayangkan buaya yang bisa memakan manusia hidup-hidup kini mau berontak di tangan saya. Untungnya saja, si anak buaya itu mulutnya sudah diikat. Rasa was-was pun sedikit berkurang, tapi tetap saja diri ini senam jantung dibuatnya.


Melihat kepanikan saya itu, tiba-tiba si pawang buaya datang, “Ndak usah kenceng-kenceng Pak kalau memegang. Santai saja!”Tuturnya, agak sedikit kesal. Sebab mata pencariannya saya cengkeram sampai tidak bernafas. Lah, benar ternyata si buaya tidak bergerak ketika dipegang penuh perasaan.


Kejadian itu, tidak berlalu begitu saja dalam benak saya. Entah kenapa? Bila sudah seperti itu, maka saya harus menyelesaikannya. Mungkin itulah salah satu penyebabnya kenapa saya suka mengamati hal-hal kecil.


Buaya, yang notabene seorang binatang, jika disikapi atau diperlakukan dengan cara kasar. Ia pun berbalik, membalas dengan cara kasar. Makanya, sering kali kita mendengar. Kekerasan tidak bisa diatasi atau diselesaikan dengan kekerasan. Itulah, filosofi dari sikap buaya tadi. Kita bisa mempelajari dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari berperilaku lemah lembut. Saya yakin, tiada orang yang akan berbuat kasar. Jika ada mungkin itu bisa dihitung dengan jari.

***

Selain fenomena cuaca yang cukup mencuri perhatian, ada juga beberapa hal yang membuat saya kagum dan tercenung. Konon, 10 tahun yang lalu kota ini masih berupa kota kecil. Selebihnya, hanya hutan dengan pohon besi (Ulin) yang menjulan tinggi. Pohon yang bisa bertahan hidup ratusan tahun lamanya. Jika di Jawa, mungkin itu bisa dipadupadankan dengan pohon Jati. Sama-sama mahalnya. Kayu Ulin itu pulalah, yang dulu digunakan menjadi rumah adat orang sana. Sebab, kayu ini terkenal kuat dan tidak mudah dimakan Totor.



Pasar Terapung: Pasar Tradisional di Balikpapan
Meskipun kota ini terus berkembang, tapi tetap saja masih ada bangunan-bangunan adat yang dipertahankan (baca: rumah kayu). Sehingga masih bisa ditemukan tradisi lama yang melekat di Balikpapan.
Hal lain, yang membuat saya terkesima yakni tentang para pengendara. Ini yang mungkin jarang kita temui. Ketika beberapa hari saya di sana memang sempat kaget. Betapa tidak, semua pengendara di sana amat santun. Saya jadi teringat kerapian lalu lintas di Barat. Meskipun saya belum pernah keluar negeri sih, setidaknya kebiasaan itu bisa dinikmati dari film-film Hollywood. Namun saya tidak sedang menonton film, saya melihatnya. Rapi dan teratur. Tidak ada emosi. Menakjubkan.
Namun, satu hal yang perlu diperhatikan bila Anda belum pernah ke mari, yakni berhati-hatilah dalam berbelanja. Sebab di sini harganya amat mahal. Jangan sampai Anda membeli sesuatu langsung tanpa bertanya harga terlebih dahulu, bisa-bisa Anda kesal dikarenakan harga yang teramat tinggi. Ini saran dari saya, bila Anda di sana. Maka lebih enaknya Anda ke kedai cepat saji seperti KFC, McD, dll. Sebab itu lebih pasti, Anda bisa tahu harga barang atau sesuatu yang Anda beli. Tanpa harus merasakan kecewa di belakang. Yah, itu sedikit berita bahagia yang bisa saya sampaikan. Semoga bisa bermanfaat. Amin.

Mojokerto, 22 Juni 2013


0 comments:

Post a Comment