Friday 24 April 2015

Buku Mempererat Silaturrahim

Oleh Akhmad Fatoni


Durga Umayi: Buku kajian Sosiologi Sastra karya Prof. Dr. I. B. Putere Manuaba, M.Hum.

Entah sejak kapan saya mulai jatuh cinta dengan buku. Memang awalnya, dulu hanya membaca buku-buku. Saat membaca itu, saya merasa menemukan sebuah dunia baru. Dunia yang diciptakan sang penulis melalui karyanya tersebut. Ya, hanya sebatas itu. Bermula dari membaca buku di perpustakaan, sampai akhirnya sekarang sudah memiliki koleksi buku yang sudah mencapai ratusan. Sekali lagi, hal itu berawal dari kecintaan terhadap buku. Lambat laun, dari yang hanya bisa membaca karya, sekarang kecintaan itu menghubungkan saya dengan penulis-penulis buku. Dan dari buah silaturrahim itu, saya pun mulai menulis buku. Sungguh ini tidak saya duga sama sekali.

Begitu juga dengan buku kajian Durga Umayi, Pergulatan Diri Manusia karya Prof. Putere, saat ini menjadi dosen pembimbing Tesis saya, tersebut mambu membuka silaturrahim. Loh, bagaimana ceritanya? Beberapa waktu yang lalu, Pak Wawan Setiawan, dosen Unesa dan juga sastrawan, mengadakan bincang buku di sanggar KAJ yang saya kelolah. Dari sana akhirnya kita bercakap mulai dari dunia tulis-menulis sampai pada studi master saya. Bermula dari itulah, akhirnya Pak Wawan menitipkan salam kepada Prof. Putere, "Sampaikan salam saya pada beliau. Saya ingin punya karya terbaru beliau." ujar Pak Wawan. Ketika saya bimbingan tesis, salam itu pun saya sampaikan.


Dari sanalah, akhirnya kita berbincang panjang lebar. Saya bercerita tentang Pak Wawan yang sering membuat acara di sanggar KAJ. Seusai saya bercerita, ternyata Prof. Putere juga ingin membuat acara di sanggar. Sungguh menarik itu, batin saya. Pada pertemuan selanjutnya, saya akhirnya diberi buku Durga Umayi tersebut. Dua eksemplar. Satu untuk saya dan satu untuk Pak Wawan.


Kemarin, Selasa (23 April 2015) saya menemui Pak Wawan di FBS, Unesa. Saat sedang asik mengobrol, tiba-tiba datanglah salah seorang mahasiswanya, berbicara tentang mata kuliah. Mendengar itu, saya pun mundur. Memberi keleluasaan agar perbincangan tersebut tidak terganggu. Aih, mahasiswi tersebut ketika saya lirik, lumayan cantik wajahnya. hehehe...



Pak Wawan dan mahasiswanya sedang bercakap-cakap tentang perkuliahan.

Sebenarnya Pak Wawan ingin sekali bercakap panjang lebar, namun karena beliau ada urusan ke Stasiun Gubeng untuk tiketnya berangkat ke Jember. Kita pun tidak bisa berbincang lama, sebab tukang ojek langganan beliau sudah menuggu. Namun, beliau masih ingin ngopi, sehingga mengajak malamnya untuk bercengkrama santai di warung kopi. Setelah Pak Wawan berangkat dengan ojek langganannya, saya pun berangkat mengambil buku untuk diskusi Terminal Sastra, diskusi yang saya selenggarakan sebulan sekali, pada kali ini sudah kali ke-12.


Nampaknya, waktu masih belum berpihak. Sore harinya Pak Wawan SMS, katanya tidak bisa ngopi sebab urusan di Stasiun Gubeng belum selesai. Namun yang menarik yakni beliau mengirimkan SMS Pak Budi Darma: (DARI PROF BD, DIKIRIM 17 APRIL, 1955: Kalau kebetulan ketemu lagi dg teman2 dari komunitas, tolong sampaikan salam saya.) Sungguh, salam yang cukup mendebarkan. Serupa salam dari seorang gadis cantik, hehehe...maklum sedang jomblo (sedikit promosi tak apalah). Semoga suatu ketika, Pak Budi Darma bisa berkunjung ke sanggar KAJ dan kita membuat diskusi buku ataupun berbincang tentang sastra. Terimakasih Pak Budi Darma, salamnya sudah saya terima.***

0 comments:

Post a Comment