Thursday 21 May 2015

Tulisan Ringan Selalu Menawan

Oleh: Akhmad Fatoni

Esai Mochammad Asrori di Harian Radar Mojokerto, 17 Mei 2015

Entah kenapa saya suka sekali membaca tulisan yang renyah dan ringan. Ya, akhir-akhir ini saya memang terpikat dengan tulisan model seperti itu. Kali pertama saya membaca dan langsung terpikat yakni ketika membaca kolom di harian Kompas yang ditulis oleh Samuel Mulia. Selanjutnya ada lagi, AS Laksana di harian Jawa Pos (dan juga di blognya). Entah kenapa saya selalu mencari tulisan ringan semacam itu. Dan ketemulah dengan tulisan Hasan Aspahani dan Aan Mansur. Ternyata beberapa hari lalu, saya membaca juga tulisan orang Mojokerto, Mochmammad Asrori. 

Tentu, akhirnya saya secara diam-diam akan memantau terus tulisan Asrori. Apakah dia akan menulis seperti ini lagi atau hanya ini saja. Entahlah. Itu dari segi ketertarikannya. Bila menilik isi, tentu ini lain ceritanya. Saya membaca tulisan ini kali pertama di akun facebook seorang teman. Dan akhirnya menemukan di sini (karena saya suka, ya saya bagikan saja tautannya, klik di sini). Anda bisa membaca tulisan Asrori itu dengan klik tautannya, mungkin belum membaca. Ya, biar Anda bisa memahami maksud dari tulisan saya ini mengarah ke mana.

Oke kembali pada isi tulisan tersebut, pembacaan dari kacamata saya, tulisan itu centil. Bisa dikatakan juga nakal. Pandangan tersebut membuat saya beropini dua hal, yakni tulisannya terlalu frontal sebab perpaduan antara seorang sastrawan (dan budayawan), sebab akhir-akhir ini pandangan dan pendapat Dadang Ari Murtono (DAM) mulai menyoroti hal yang lebih luas, seperti ludruk, wayang, tari, dan juga cerita rakyat. Tentu hal itu amat fatal, sesuatu yang amat besar disandingjajarkan dengan hal yang dijual kiloan di pasar-pasar. Aih. Semoga DAM tidak meletup membaca tulisan ini. 

Pandanan kedua, yakni tulisan nakal ini tentu memiliki maksud untuk menggugah orang-orang Mojokerto (yang mungkin belum kenal DAM). Ya, itu memang pilihan Asrori sebagai penulis. Namanya juga tulisan ringan, jadi harus dibuat menghibur dan menarik orang. Dan dari sini, saya menaksir bahwa penulis berhasil. Apalagi jika ada yang membaca tulisan ini dan marah. Tentu kemarahan itulah energi letup dari tulisan ini. Gaung dari apa intisari dari tulisan: menjual DAM. Ya, sekali lagi promosi gethok tular itu lebih dahsyat.
Selebihnya, segala hal itu memiliki konsekuensinya. Dan mungkin juga, tulisan ringan saya ini bisa juga memiliki pendapat yang pro dan kontra. Mengapa? Ya karena pembaca itu cerdas.***

0 comments:

Post a Comment